Kericuhan pecah saat aksi unjuk rasa berlangsung di depan Balai Kota Jakarta, Selasa sore. Massa yang awalnya berkumpul dengan tertib, tiba-tiba mulai mendorong barikade polisi dan meneriakkan tuntutan secara agresif. Situasi memanas ketika sebagian peserta aksi melempar botol dan batu ke arah petugas, memicu bentrok yang tidak terhindarkan.
Polisi merespons cepat dengan mengerahkan personel tambahan dan menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa. Suasana Balai Kota mendadak mencekam. Beberapa demonstran melarikan diri ke gang-gang sekitar, sementara lainnya tetap bertahan dan mencoba melawan. Aksi ini mengakibatkan sejumlah petugas mengalami luka ringan, terutama di bagian kepala dan tangan akibat lemparan benda keras.
Dalam konferensi pers, pihak kepolisian menyampaikan bahwa sebanyak 93 orang berhasil diamankan. Mereka terdiri dari berbagai elemen massa, medusa88 termasuk yang teridentifikasi sebagai provokator. Polisi mengamankan barang bukti berupa batu, botol, dan spanduk provokatif. Saat ini, petugas tengah memeriksa para peserta aksi yang ditangkap untuk mengetahui motif dan aktor intelektual di balik kericuhan tersebut.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengimbau masyarakat agar tidak terpancing provokasi dan menekankan pentingnya menyampaikan aspirasi secara damai. Sementara itu, aparat keamanan meningkatkan pengamanan di sekitar Balai Kota dan titik-titik strategis lain untuk mengantisipasi unjuk rasa lanjutan.
Aksi yang berujung ricuh ini menjadi pengingat bahwa kebebasan berpendapat harus tetap berada dalam koridor hukum. Ketika kekerasan mendominasi, substansi tuntutan justru tenggelam oleh tindakan anarkis yang merugikan semua pihak.