knowaboutbullying.com – Israel, sebuah negara yang sering terlibat dalam konflik bersenjata, lagi-lagi menjadi sorotan dunia baru-baru ini. Angkatan bersenjata negara ini, yang dikenal sebagai Israel Defense Forces (IDF), telah menimbulkan kontroversi internasional dengan serangan terhadap sebuah kamp pengungsian di Rafah, Gaza, menggunakan bom dan rudal. Serangan tersebut tidak hanya mengakibatkan korban di kalangan warga sipil tetapi juga memicu kecaman dari banyak pemimpin dunia, mengingat tindakan tersebut dianggap sebagai pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia dan hukum internasional, serta mengabaikan putusan Mahkamah Internasional.
Meskipun sering dilihat sebagai negara yang terisolasi oleh banyak pihak di dunia, Israel tetap tenang dan kuat, didukung oleh statusnya sebagai negara maju dan kaya serta dukungan kuat dari Amerika Serikat.
Dari sudut pandang ekonomi, Israel adalah negara dengan ekonomi berpenghasilan tinggi di Asia Barat. Menurut data dari Trading Economics, Produk Domestik Bruto (PDB) Israel pada tahun 2022 mencapai US$522,03 miliar, yang setara dengan sekitar Rp8.482 triliun, menyumbang 0,23% dari perekonomian global.
Industri teknologi berperan penting dalam ekonomi Israel. Menurut data dari NASDAQ, sektor ini menunjukkan pertumbuhan yang sangat cepat dan signifikan selama dekade terakhir. Pada tahun 2022, industri teknologi menyumbang sekitar 18,1% dari PDB negara itu dan 48,3% dari total ekspor Israel.
Pertumbuhan ekonomi Israel didorong oleh dua faktor utama: imigrasi dan aliran modal masuk. Seperti yang dilaporkan oleh BBC International, banyak ahli dari Eropa yang berimigrasi ke Israel selama dan setelah Perang Dunia II untuk menghindari penganiayaan, membawa serta keahlian yang memajukan berbagai industri di negara itu, termasuk di bidang pupuk, pestisida, farmasi, kimia, plastik, dan logam berat.
Mulai tahun 1970-an, Israel telah mengembangkan industri manufakturnya dengan pesat, tanpa bergantung pada pendapatan dari minyak seperti negara-negara Arab lainnya. Serangan besar-besaran imigran dari Silicon Valley pada 1980-an dan insinyur dari negara bekas Soviet pada 1990-an lebih lanjut memperkaya sumber daya manusia yang terampil di Israel, memicu pertumbuhan pesat perusahaan baru di sektor teknologi.
Berkat perusahaan-perusahaan besar di sektor teknologi ini, Israel mendapat manfaat dari pendapatan pajak yang signifikan, devisa, dan penciptaan lapangan kerja. Pendapatan ini juga termasuk royalti dari berbagai paten yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan Israel.
Selain itu, Israel menerima dana yang cukup besar untuk pengembangan riset dan teknologi dari berbagai negara, termasuk AS, Kanada, Italia, Austria, Prancis, Irlandia, Belanda, Spanyol, China, Turki, India, dan Jerman, menunjukkan tingkat kolaborasi internasional dalam bidang penelitian dan pengembangan yang cukup tinggi.